Saturday, July 10, 2010





A. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian kita akan memerlukan data yang akurat dan tepat supaya penelitian tersebut betul-betul valid dan bisa di pertanggung jawabkan, oleh karena itu kita harus mengetahui teknik-teknik peliputan data.
Pengetian data dapat kita bead dengan informasi. Kalau anda mencari alamat rumah kawan anda, maka anda akan bertanya kepada seseorang di mana letak rumah kawan anda tersebut, maka orang tersebut akan memberi tahu: jalan saja terus, lalu di lampu merah pertama belok ke kanan masuk ke Jl. Teuku Umar. Di perempatan kedua belok lagi ke kanan masuk ke Jl. Cut Nyak Dhien, dan di ujung jalan itulah letak rumahnya. Kata-kata yang di ungkapkan kepada kita itu di sebut informasi, tetapi “lampu merah, Jl. Teuku Umar, dan Jl. Cut Nyak Dhien” bukan informasi melainkan data. Dari contoh ini jelaslah bahwa informasi di bangun dari data.
Pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh informasi yang di butuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang di ungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu di uji secara empiris, dan untuk maksud inilah di butuhkan pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data di lakukan sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa teknik yang telah kita kenal antara lain wawancara, angket, observasi telaah dokumen serta test. Di bawah ini akan kami uraikan teknik penelitian sebagai cara yang dapat di tempuh untuk mengumpulkan data.



• Teknik Wawancara

Teknik wawancara sering juga di sebut dengan teknik komunikasi. Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Jadi teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (peneliti) dengan sumber data (responden).
Teknik pengumpulan data ini yaitu dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk di jawab secara lisan pula. Ciri utama teknik ini yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Untuk memperoleh informasi yang tepat dan objektif setiap interviewer harus mampu menciptakan hubungan baik dengan interviewee atau responden atau mengadakan raport yaitu suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden mau bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pemikiran dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan ini akan menciptakan suatu suasana di mana responden merasakan adanya kehangatan dan sikap simpatik, merasakan kebebasan untuk berbicara bahkan terangsang untuk berbicara. Untuk menciptakan kerjasama dan membina hubungan manusiawi yang baik ini dapat di lakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan interviewer dalam kegiatan interviwee sehingga tanya jawab berlangsung dalam suasana wajar.
b. Identifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan diri interviewer sehingga interviewer dirasakan sebagai teman atau orang seperjuangan yang memiliki cita-cita yang sama.
c. Persuasi yaitu sikap sopan dan ramah dalam bertanya.



Wawancara dapat di bedakan dalam dua jenis, yaitu:



a. Wawancara berstruktur

Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternative jawaban yang di berikan kepada interviewee telah di tetapkan terlebih dahulu. Keuntunggan pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah di bakukan. Karena itu, jawabanya dapat dengan mudah di kelompokkan dan di analisis. Kelemahannya, pendekatan ini kaku di lakukan dalam teknik, ini dapat meningkatkan releabilitas wawancara, tetapi dapat menurunkan kemampuannya mendalami persoalan yang di selidiki.



b. Wawancara tak berstruktur

Wawancara ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, kenyakinan subjek atau keterangan lainnya yang dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara seperti ini bersifat luwes dan biasanya di rencanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana saat wawancara dilaksanakan.



Menurut Mohammad Ali, keunggulan wawancara sebagai alat penelitian adalah:

• Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca.
• Data yang diperoleh dapat langsung di ketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
• Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang di duga sebagai sumber data.
• Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap objek manusia maupun bukan manusia.
• Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis karena di laksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan kurang dapat di mengerti.



Meskipun wawancara mempunyai banyak manfaat, namun terdapat pula beberapa kelemahan, di antaranya:

• Oleh karena wawancara biasanya di lakukan secara perseorangan, maka pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga, serta biaya terutama bila ukuran sampel cukup besar.
• Faktor bahasa, baik dari pewawancara maupun responden, sangat mempengaruhi hasil atau data yang diperoleh.
• Sering terjadi wawancara di lakukan secara bertele-tele.
• Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan responden untuk menerima secara baik dan bekerja sama dengan pewawancara.
• Wawancara menuntut penyusuaian diri secara emosional atau mental psikis antara pewawancara dan responden.
• Hasil wawancara banyak bergantung kepada kemampuan pewawancara dalam menggali, mencatat dan menafsirkan jawaban.



• Angket (Kuesioner)

Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/peryataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
Angket atau kuesioner hanya berbeda dalam bentuknya. Pada angket pertanyaan di susun dalam kalimat peryataan dengan obsi jawaban yang tersedia, sedangkan pada kuesioner, pertanyaan di susun dalam bentuk kalimat tanya.
Keunggulan teknik angket (kuesioner), yaitu:
• Angket dapat di gunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel.
• Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih leluasa karena tidak di pengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.
• Setiap jawaban dapat di pikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang di berikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara.
• Data yang di kumpulkan dapat lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan yang di ajukan kepada setiap responden sama.



Sedangkan kelemahan teknik angket (kuesioner), yaitu:

• Pemakaian angket terbatas pada pengumpulan pendapat atau fakta yang di ketahui responden, yang tidak dapat di peroleh dengan jalan lain.
• Sering terjadi angket di isi oleh orang lain (bukan responden yang sebenarnya), karena di lakukan tidak secara langsung berhadapan muka antara peneliti dan responden.
• Angket di berikan terbatas kepada orang yang melek huruf.



• Observasi

Teknik observasi di artikan sebagai teknik pengamatan dan pencatatan secara sisitematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian itu. Observasi secara langsung yaitu pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang di selidiki, sedangkan observasi secara tidak lansung yaitu pengaman yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang di selidiki.
Pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang di teliti tersebut bisa dengan melihat, mendengar, merasakan, yang kemudian di catat seobjektif mungkin. Persoalan-persoalan yang perlu di perhatikan pada pengamatan tersebut terutama di sebabkan teknik ini sangat mengandalkan “penglihatan” (mata) dan pendengaran” (telinga). Dari dua alat indera ini, mata mempunyai peranan yang lebih dominan. Olek karena itu, perlu disadari keterbatasan-keterbatasan dari alat penglihatan ini:
• Harus di percaya bahwa alat penglihatannya baik dan dapat menangkap fakta dengan benar.
• Penglihatan orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, misalnya tidak mampu melihat jarak yang jauh.
• Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.



4. Dokumenter

Teknik dokumenter merupakan cara mengumpukan data melalui peninggalan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum, serta lain-lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) misalnya adalah dokumen politik yang mencatat peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 11 maret 1966. Data statistik yang di terbitkan secara berkala oleh Biro Pusat Statistik adalah dokumen yang mencatat berbagai perkembangan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tertentu.
Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang di ajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang di terima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang di pergunakan di dalam kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.



5. Teknik test

Test ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang di berikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat di jadikan dasar bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan reliabilitas.



Ada dua jenis test yang sering di gunakan dalam penelitian:

• Test lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang di ajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin di ketahui keadaannya dari jawaban yang di berikan secara lisan pula.
• Test tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang di ajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin di ketahui keadaannya dari jawaban yang di berikan secara tertulis pula.



B. Instrumen

Instrumen adalah alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data. Jadi untuk menggunakan teknik yang telah di tentukan di atas (wawancara, angket, observasi, documenter) dibutuhkan instrumen. Instrumen ini harus betul-betul di rancang dan di buat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data yang empiris dapat menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang di tarik oleh peneliti bisa keliru.
Supaya intrumen itu betul-betul bagus, ada beberapa langkah yang bisa di tempuh dalam menyusun intrumen penelitian. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu:
• Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-sejelasnya, sehingga indikator tesebut bisa di ukur dan menghasilkan data yang di inginkan peneliti.
• Menetapkan jenis instrument yang di gunakan untuk mengukur variabel/ subvariabel/ indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa di ukur oleh satu jenis instrument, bisa saja lebih dari satu instrumen.
• Setelah di tetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrument. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang di ukur, jenis pertanyaan serta waktu yang di butuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan dari indikator variabel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang di ukurnya.
• Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah di tetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa di buat lebih dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang di buat oleh peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang di harapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul harus di buat oleh peneliti.
• Instrumen yang sudah di buat sebaiknya di uji coba di gunakan untuk revisi instrument, misalnya membuang instrument yang tidak perlu, menggantikanya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya.



Langkah di atas merupakan sekedar petunjuk untuk memudahkan peneliti sehingga instrumen penelitian tidak di buat asal jadi.

Setelah kita mengetahui langkah-langkah penyusunan instrument, perlu juga kita ketahui intrumen yang mempunyai kriteria bagaimanakan yang di katakan baik. Menurut Sevilla (1988) ada 5 kriteria agar instrument itu di katakan baik. Adapun 5 kriteria tersebut yaitu:



1. Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang di tunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat di lakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Satu lagi dengan eksternal, yaitu dengan melakukan tes-retest.
2. Validitas
Validitas dalam penelitian di jelaskan sebagai suatu rajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang di ukur. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrument pengukuran yaitu menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang di peroleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.
3. Sensitivitas
Sensitivitas dalam penelitian di jelaskan sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi yang di perlukan untuk masalah penelitian. Bila reliabilitas dan validitas suatu tes tinggi, tampaknya tes tersebut juga sensitif, mempertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik yang di ukur.
4. Objektivitas
Objektivitas dalam penelitian dapat di jelaskan sebagai derajat di mana pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
5. Fasibilitas

Fasibilitas berkenaan dengan aspek-aspek keterampilan, penggunaan sumber daya dan waktu. Ada bebera tes tertentu yang hanya menuntut katerampilan minimum dalam menyusun dan menganilis hasil tes, tetapi ada juga yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi. Juga mengenai biaya dan waktu, dapat menjadi kendala dalam penelitian sehingga perlu pertimbangan-pertimbangan agar penelitian di sesuaikan dengan kemampuan.

Newer Post
Previous
This is the last post.